Wednesday, March 31, 2010

Berani Bersaksi di Depan Penguasa

Kisah Para Rasul 26:24-32

Seorang anak kecil, sebut saja Gamal, berlari-lari pulang kerumahnya, ditangannya ada sesuatu yang dipegangnya. Wajahnya tampak berseri, dan dengan nafas yang terengah-engah ia berusaha menceritakan apa yang terjadi kepada ibunya yang sedang sibuk di dapur. “Ma… ma… ma…, ta... di… aku diberi ini sama om tadi di jalan…” katanya sambil membuka tangannya. Di tengah kesibukannya sang ibu memperhatikan sekilas dan berkata, “Bener kamu dikasih?” “Iya ma…, aku nggak bohong,” kata Gamal. Sambil melanjutkan pekerjaannya sang ibu berkata, “Pelihara yang baik ya!” 

Sebelumnya, Gamal telah bercerita kepada teman-temannya mengenai apa yang ia alami dan apa yang ia terima, dan semua temannya tertarik untuk dapat juga menerima pemberian seperti yang diterima Gamal. Mengapa Gamal, berusaha bercerita mengenai apa yang ia alami atau apa yang ia terima? Saya yakin karena bagi Gamal pemberian yang ia terima sangat berharga. Ia tidak ingin menyembunyikannya, bahkan ia ingin semua orang tahu bahwa ia telah diberi sesuatu yang berharga.

Sama halnya dengan Gamal, Paulus, ketika di depan Raja Agripa bercerita tentang apa yang ia alami dan apa yang ia peroleh. Apa yang diceritakannya? Kisah pertobatannya dimana ia mendapatkan anugerah keselamatan di dalam Kristus Yesus (1-23). Mengapa ia berusaha keras menceritakannya? Saya yakin karena bagi Paulus keselamatan di dalam Kristus Yesus sangat berharga. Apa yang ia harapkan terjadi pada orang-orang yang mendengarnya? “Semua orang yang hadir disini dan yang mendengar perkataanku menjadi sama seperti aku” (29). Yang bagaimana? Yang mendapat anugerah keselamatan di dalam Kristus Yesus. Baginya tiap orang sama berharga, semua membutuhkan keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus, baik ia orang kecil maupun orang besar (22), karena itu ia memberitakan kasih Tuhan.

Pertanyaan bagi kita sekarang. Apakah pernah kita bercerita kepada orang lain mengenai bagaimana Allah sangat mengasihi kita sehingga Ia memanggil kita dalam keselamatan-Nya? Bila ternyata belum, apakah bagi anda keselamatan yang anda terima sebagai anugerah dari Tuhan merupakan hal yang biasa-biasa saja ataukah sangat berharga? Kiranya kita menemukan alasan bagi kita untuk bersaksi kepada orang kecil dan orang besar, karena keselamatan kita sangat berharga. Amin. Soli Deo Gloria.


Kebebasan yang Bertanggung Jawab

1 Korintus 8:1-13

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemerdekaan memiliki pengertian kebebasan, kemerdekaan ini juga dijelaskan merupakan hak asasi manusia. Pertanyaan yang patut kita gumulkan adalah apakah kemerdekaan itu adalah sebebas-bebasnya, apakah hak itu adalah segala-galanya?

Seorang filsuf mengatakan, “Tidak ada kemerdekaan mutlak.” Tidak ada kemerdekaan yang sebebas-bebasnya. Bahkan hak asasi manusia pun bukanlah hak mutlak manusia itu sendiri atas dirinya yang dapat semau gue. Lalu pertanyaan selanjutnya adalah, apakah batasan hak asasi manusia, apakah batasan kemerdekaan itu? Batasan hak asasi manusia adalah hak asasi manusia yang lain, kemerdekaan kita dibatasi oleh kemerdekaan orang lain. Kita berhak melakukan apa pun, namun kita harus sadar bahwa kita tidak hidup sendiri dan bukan hanya kita sendiri yang memiliki hak!


Dalam 1 Korintus 8:1-13, Rasul Paulus menyampaikan pandangannya tentang salah satu pokok pergumulan masa itu, yaitu makan makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala. Bagi sekelompok orang mereka mengatakan bahwa tidak apa-apa memakannya, bagi sekelompok yang lain tidak boleh memakannya, karena mereka merasa itu menduakan Tuhan. Pada ayat 9, Rasul Paulus mengingatkan, bila apa yang kita lakukan akan menjadi batu sandungan bagi orang lain maka lebih baik tidak dilakukan. Kuncinya disampaikan dalam ayat 2-3, banyak orang merasa tahu mengenai sesuatu hal dan akhirnya memutlakkannya, menjadikannya sebuah aturan umum, Rasul Paulus mengatakan mereka itu belum mencapai pengetahuan yang seharusnya dicapai, karena pengetahuan yang utama adalah kasih Allah.

Mari kita mengingat dan menghayati lagu pujian dalam Kidung Jemaat 467 “Tuhanku, Bila Hati Kawanku”, nyanyikan dengan sepenuh hati, dan mulailah perjalanan hidup yang baru dalam kebebasan Tuhan.

Tuhanku, bila hati kawanku
Terluka oleh tingkah ujarku,
Dan kehendakku jadi panduku,
Ampunilah.

Kiranya kemulian Tuhan terpancar dari hidup kita yang memedulikan orang lain.
Soli Deo Gloria, Amin.

Friday, March 26, 2010

Berorientasi pada Pikiran Allah

Mat 16:21-28 (Nas. 23)

Pada suatu hari, Gamal, sedang diajar ibunya. Ia tidak dapat konsentrasi memperhatikan pelajaran seperti biasanya. Kemudian ia berkata kepada ibunya, “Ibu, bolehkah aku berlutut dan meminta Allah untuk menemukan kelerengku?” Sang ibu mengijinkan, dan Gamal menutup mata dan berdoa dengan sungguh-sungguh.
 
Sang ibu berpikir bahwa supaya sang anak tidak lemah iman maka ia berharap kelereng yang hilang diketemukan. Keesokan harinya, ibu, yang takut doa anaknya tak terjawab, bertanya dengan hati-hati kepada Gamal, “Sayang, apakah engkau sudah menemukan kelerengmu?” Gamal menjawab, “Belum, Bu.” Dan kemudian ia berbicara lagi, “Tetapi Allah telah membuatku tidak menginginkan kelereng itu lagi.”


Petrus memiliki pikiran senada dengan sang ibu, semestinya Mesias tidak menderita dan mati, apalagi disalibkan. Namun tindakan dan kata-katanya malah membuat Yesus sedih, karena ternyata Petrus yang sudah cukup lama menjadi muridNya, dan bahkan telah mengaku “Engkau Kristus, Anak Allah yang hidup (ay. 16), tidak memahami pikiran dan kehendak Allah.

 
Memang tidak mudah untuk memahami pikiran dan kehendak Allah. Untuk dapat memahaminya kita perlu mengenal Dia secara pribadi, tekun dan secara berkesinambungan bercakap-cakap dengan Dia, dalam doa dan pembacaan Firman Allah. Sehingga kita dapat diubah dari kemulian pada kemuliaan, bagi kemulianNya, dan tidak berpikir kemuliaan duniawi tetapi kemuliaan Allah. Sehingga kita dapat bernyanyi dengan iman seperti Allan Hall yang menuliskan syair “From Glory to Glory.”
 
From glory to glory He’s changing me,
Changing me, changing me
His likeness and image to perfect in me
The love of God shown to the world
For He’s changing, changing me
From earthly things to the heavenlies
His likeness and image to perfect in me
The love of God shown to the world
 
Amin. Soli Deo Gloria.



Tulisan asli tanggal 26 Oktober 2005

Thursday, March 25, 2010

Rumah Doa bagi Semua Orang

Yesaya 56:1-8 (Nas Yesaya 56:7b)

Rumah doa merupakan sebutan lain yang ditujukan untuk Bait Allah. Seperti namanya, maka Bait Allah adalah tempat kediaman Allah. Bait Allah merupakan simbol kehadiran Allah dan perjumpaan Allah dengan umatNya. Dalam bahasa sekarang, Bait Allah diwakili dengan istilah Gereja. Dalam pemahaman sempit maka istilah gereja langsung berbicara mengenai tempat ibadah orang Kristen. Bila demikian maka Gereja adalah milik kelompok tertentu dalam masyarakat. Benarkah demikian? Tentu tidak.

Wednesday, March 24, 2010

Memperalat Allah?

1 Samuel 4:1b-11 (Nas 1 Sam 4:3)


Beragama memang merupakan kebutuhan setiap manusia, karena kesadaran akan adanya oknum yang lebih besar dari pada dirinya. Namun karena sifat manusia yang cenderung memusatkan segala hal pada dirinya, maka kehidupan keberagamaan pun cenderung diarahkan dan dimaksudkan untuk memenuhi keadaan dan pemuasan diri. Hal ini dilakukan oleh manusia secara sadar maupun tidak karena minimnya pemahaman dan pengenalannya akan pribadi Tuhan. Dalam kehidupan kita mengikut Kristus, tidak jarang kita juga terjebak dalam pola pikir dan perilaku yang memusatkan kegiatan ibadah kita untuk memuaskan diri kita, salah satunya adalah dalam penggunaan simbol-simbol keagamaan.

Terlalu Gembira untuk Merenung

Setelah saya melihat-lihat file-file lama, saya menemukan tulisan ini, tulisan asli dari yang diterbitkan oleh Perkantas Jawa Barat, dan yang mungkin sudah di copy oleh pihak lain. Memang perayaan Natal masih lama, dan tulisan ini hanya pengingat agar kita tidak terjebak pada rutinitas.


Terlalu Gembira untuk Merenung

Dan ketika mereka melihat-Nya, mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu. Dan semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu kepada mereka. Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya.
Lukas 2:17-19

Natal adalah kesempatan untuk pesta, itulah yang sekarang terjadi. Rasanya Natal jadi kurang greget bila tidak ada gemerlap lampu dan hiasan ‘khas’ natal, berlimpahnya makanan dan indahnya pakaian. Natal adalah kesempatan menumpahkan seluruh kemampuan entertainment yang dimiliki oleh seluruh orang Kristen, yang dipersiapkan berbulan-bulan sebelumnya. Jadilah sebuah ibadah dan perayaan Natal yang sangat meriah, sangat panjang, sangat banyak atraksi dan yang pasti sangat melelahkan. Natal sepertinya menjadi satu-satunya puncak kegiatan Kristen.