Wednesday, March 24, 2010

Memperalat Allah?

1 Samuel 4:1b-11 (Nas 1 Sam 4:3)


Beragama memang merupakan kebutuhan setiap manusia, karena kesadaran akan adanya oknum yang lebih besar dari pada dirinya. Namun karena sifat manusia yang cenderung memusatkan segala hal pada dirinya, maka kehidupan keberagamaan pun cenderung diarahkan dan dimaksudkan untuk memenuhi keadaan dan pemuasan diri. Hal ini dilakukan oleh manusia secara sadar maupun tidak karena minimnya pemahaman dan pengenalannya akan pribadi Tuhan. Dalam kehidupan kita mengikut Kristus, tidak jarang kita juga terjebak dalam pola pikir dan perilaku yang memusatkan kegiatan ibadah kita untuk memuaskan diri kita, salah satunya adalah dalam penggunaan simbol-simbol keagamaan.

Kisah dalam 1 Samuel 4:1b-11 ini, menggambarkan pemahaman yang dangkal dari umat Israel, bahkan para tua-tuanya, akan keberadaan Tabernakel, Tabut Perjanjian, yang adalah lambang kehadiran Allah ditengah-tengah umatNya. Bangsa Israel menyangka bahwa dengan keberadaan Tabut Perjanjian ditengah-tengah mereka secara otomatis Allah juga ada ditengah-tengah mereka, dan melakukan peperangan bagi mereka. 

Dari kisah ini, kita tentu juga harus waspada dengan simbol-simbol keagamaan yang sering kita gunakan, misalnya Salib. Salib yang kita gunakan tidak serta merta menjadikan kita orang yang pasti diselamatkan, atau seperti banyak film-film, salib memiliki sifat magis yang dapat mengusir setan. Salib yang kita gunakan adalah baik untuk mengingatkan diri kita sendiri bahwa kita adalah pengikut Kristus. 

Sebagai pengikut Kristus janganlah kita mempergunakan simbol-simbol kekristenan dengan tidak pada tempatnya dan memperalat Dia untuk kepentingan dan kebutuhan hidup kita. Namun dengan penuh hormat kita mengarahkan dan menyerahkan tujuan hidup, pikiran dan seluruh hidup kita kepada Kristus. Sehingga kita dapat menyatakan syukur kita seperti yang diungkapkan oleh Eleanor H. Hull dalam pujian Be Thou My Vision yang kita kenal dalam Kidung Jemaat 405:

Be Thou my vision, o Lord of my heart
Naught be all else to me, save that Thou art
Thou my best thought, by day or by night
Waking or sleeping, Thy presence my light

Dan biarlah seluruh hidup kita menjadi pujian bagi TUHAN, Allah semesta alam, sebagai syukur karena keselamatan dan hidup yang kekal yang Ia anugerahkan bagi kita. Amin. Soli Deo Gloria.
  

 Tulisan asli tanggal 25 Mei 2005

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.